Demokrat Punya Cara

RUMGAPRES/ABROR RIZKI
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyalami Ketua MPR RI Taufiq Kiemas pada pembukaaan Kongres ke II Partai Demokrat di Hotel Masion Pine, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (21/5/2010) malam.

Lima tahun lalu, saat Kongres I berlangsung Demokrat mungkin belum terbilang sebagai partai besar. Meskipun, sang Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono menjabat Presiden.

Kekuatan dan dinamikanya belum menjadi perhatian media dan publik. Kondisi ini berubah lima tahun kemudian. Tepatnya di tahun ini, 2010. Perhelatan Kongres II Partai Demokrat mendapat sorotan. Seluruh media di negeri ini memberikan slot pemberitaan yang cukup besar.

Hasil dari kongres yang berlangsung di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung Barat, Jawa Barat itu, dinilai, akan turut mewarnai peta perpolitikan Tanah Air. Partai Demokrat ditempatkan sebagai partai besar.

Wajar, mengingat partai yang belum genap berusia 10 tahun itu menangguk kemenangan signifikan pada Pemilu 2009 lalu. Jagoannya, SBY, kembali menduduki kursi nomor satu di negeri ini.

Pelaksanaan kongres pun terbilang mewah dan megah. Hotel Mason Pine, yang menjadi pusat penyelenggaraan kongres, diisi sepenuhnya untuk aktivitas kongres mulai 21 hingga 23 Mei. Seorang petugas hotel sempat mengutarakannya. "Iya, semuanya di-booking. Khusus untuk Demokrat," kata petugas yang minta tak disebut namanya itu.

Kota Baru Parahyangan pun bak "dikuasai" oleh Demokrat. Di sepanjang ruang kosong menuju lokasi kongres, terdapat venue-venue yang menjadi kegiatan pendamping pelaksanaan kongres. Beberapa ruko alias rumah toko bahkan disewa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan acara.

Ruang-ruang publik dipenuhi dengan spanduk, baliho dan media publikasi lainnya. Kota Baru Parahyangan didominasi warna merah, biru dan putih.

Ala Demokrat

Di hari pertama penyelenggaraan kongres, panitia sudah menuai protes. Hampir seluruh acara diberi keterangan "tertutup pers", termasuk agenda penting pemilihan ketua umum. Peliputan hanya bisa dilakukan pada saat pembukaan dan penutupan.

Hal ini diluar kelaziman kongres-kongres partai lain yang justru membuka proses dinamika yang berlangsung. Aspirasi terus disuarakan, hingga akhirnya pemilihan ketua umum yang berlangsung sengit terbuka untuk pers. "Kayaknya liputan kongres partai lain enggak seribet ini deh. Enggakada informasi jelas," keluh seorang wartawan.

Bahkan, panitia menempatkan venue media centre yang hanya berupa tenda, tak di sekitar lokasi kegiatan kongres. Media centre berada di sebelah hall eksibisi yang selalu ramai dengan pertunjukan musik. Kegiatan jumpa pers pun tak terpusat di media centre. Masing-masing kandidat memilih memberikan keterangan di basecamp-nya sendiri.

Sulitnya akses masuk ke arena kongres juga sempat menimbulkan kericuhan. Pada saat pembukaan, ID Pers yang menjadi syarat akses melakukan peliputan belum juga dibagikan. Sejumlah peliput harus bersitegang dengan petugas Satgas Rajawali yang menjaga pintu masuk.

"Kesaklekan" aturan ini akhirnya agak mengendur pada hari-hari berikutnya. "Kami sadar masih banyak kekurangan. Tetapi, semoga tidak mengurangi substansi pelaksanaan kongres ini," aku Ketua Panitia Didik Mukriyanto, pada saat penutupan kongres, dinihari tadi.


Ditulis Oleh : Unknown // Senin, Mei 24, 2010
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar